Mengontrol Biaya Lembur - Lembur adalah pekerjaan yang dilakukan diluar jam kerja normal. Dimana sebagai kompensasi kepada karyawan yang telah melakukan lembur perusahaan harus membayar upah atas lembur tersebut. Untuk tata cara perhitungan upah lembur sendiri sudah di atur di Undang – Undang Ketenagakerjaan dan biasanya diperjelas pada Perjanjian Kerja Bersama atau Peraturan Perusahaan masing-masing. Angka pembayaran lembur yang cukup besar pada beberapa perusahaan menjadi hal yang cukup menarik dan menjadi tantangan bagi perusahaan untuk membuat biaya lembur tersebut dapat lebih dikendalikan dan terkontrol.
Berikut beberapa pendekatan yang bisa dilakukan perusahaan untuk mengontrol biaya pembayaran atas upah lembur:
- Analisa biaya pembayaran lembur
Untuk keperluan analisa dibutuhkan sumber data yang valid sebagai dasar informasi. Dalam hal ini software payroll Indonesia yang baik dapat menyediakan data – data tersebut. Karena dari data – data itu perusahaan dapat menarik laporan secara terperinci yang dapat digunakan untuk mempelajari perilaku lembur baik secara keseluruhan dalam suatu perusahaan, per departmen ataupun per karyawan dalam periode waktu tertentu. Jangan sampai setelah dipelajari ternyata angka lembur tidak selalu berbanding lurus dengan hasil produksi dan jika hal ini terjadi perusahaan harus mempelajari lebih lanjut kondisi yang terjadi dilapangan sebenarnya.
- Surat Perintah Lembur (SPL)
SPL adalah surat perintah yang dibuat oleh atasan atau perwakilan perusahaan kepada perkerja untuk melakukan pekerjaan lembur. Dengan adanya SPL maka pembayaran lembur akan lebih terkontrol dan lembur yang dilakukan bisa untuk dipertanggung jawabkan. Sebelum melakukan lembur SPL ini harus disetujui minilal oleh atasan karyawan yang melakukan lembur tersebut sehingga atasan atau management dapat mengukur efektivitas dari lembur yang akan dikerjakan dan jika dirasa oleh atasan atau perwakilan perusahaan tidak perlu dilakukan lembur surat perintah lembur bisa dibatalkan / tidak disetujui.
- Analisa perbandingan biaya lembur dengan penambahan karyawan
Lembur terjadi karena sumber daya yang ada tidak bisa menyelesaikan pekerjaan di jam kerja normal. Jika memang beban pekerjaan tersebut tidak stabil kadang tinggi dan kadang rendah, mungkin lembur adalah pilihan yang tepat. Namun jika beban pekerjaan yang ada sudah tidak sesuai dengan jumlah karyawan berarti sudah saatnya perusahaan untuk mengajukan penambahan karyawan. Dengan menganalisa beberapa parameter yang berkaitan dengan biaya lembur seperti frekuensi lembur, besarnya nilai upah karyawan yang melakukan lembur dibandingkan dengan biaya penambahan karyawan, akan didapat informasi yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk menentukan pilihan yang terbaik.
- Efektivitas
Selain beban pekerjaan yang tinggi cara kerja yang tidak efektif juga akan berdampak kepada penundaan pekerjaan sehingga pekerjaan harus diselesaikan dengan lembur. Oleh karena itu perusahaan harus jeli melihat situasi ini. Perusahaan perlu menganalisa secara keseluruhan faktor-faktor yang dapat menurunkan efektivitas pekerjaan. Pada umumnya tingkat efektivitas dipengaruhi oleh faktor dari dalam karyawan dan diluar karyawan. Contoh faktor dari dalam karyawan adalah kemampuan karyawan yang belum mumpuni untuk mengerjakan pekerjaan dengan cepat dan tepat. Sedangkan untuk faktor diluar karyawan berkaitan dengan system kerja yang diterapkan oleh perusahaan dan sarana pendukung dalam penyelesaikan pekerjaan tersebut. Dari masalah yang didapat perusahaan harus mengambil langkah agar faktor – faktor penghambat ini dapat dikurangi. Sebagai contoh, perusahaan bisa menyiapkan program Learning & Development untuk meningkatkan kemampuan karyawan agar bisa bekerja dengan lebih efektif.
Beberapa pendekatan di atas dapat dengan mudah dilakukan dengan memanfaatkan fitur operasional dan strategis lembur pada Sigma HRIS seperti perencanaan, SPL, pelaksanaan, hingga pelaporan Analisa lembur yang berjalan. Tunggu apa lagi? Segera optimalkan lembur perusahaan anda.