Angka turnover menjadi salah satu parameter untuk melihat stabilitas perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus menjaga retensi karyawan agar turnover tetap stabil. HRD sebagai perwakilan perusahaan perlu membuat program yang tepat agar karyawan merasa betah bekerja di perusahaan tersebut dan tidak mudah untuk mengajukan resign. Ingat HRD tidak hanya bertanggung jawab untuk merekrut karyawan, tetapi juga bertanggung jawab kepada retensi karyawan agar tingkat turnover terkendali dan stabil.
Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan retensi karyawan :
1. Gaji dan Benefit yang Kompetitif
Tidak bisa dipungkiri jika gaji sering menjadi alasan mengapa karyawan resign dari perusahaan. Banyak yang beranggapan dengan pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya akan memberikan kesempatan untuk mendapat nilai gaji yang lebih besar.
Yang perlu diingat di sini adalah benefit tidak sepenuhnya tentang gaji. Di luar dari gaji, karyawan juga perlu memperhitungkan benefit lain seperti asuransi kesehatan, kebijakan cuti, tempat dan lingkungan kerja, waktu kerja, bahkan jalan – jalan tahunan bisa menjadi hal lain untuk meningkatkan retensi karyawan di suatu perusahaan. Selain itu tidak ada salahnya perusahaan melakukan survey untuk membandingkan benefit yang ditawarkan perusahaan sejenis, sehingga perusahaan mengetahui posisi mereka dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
2. Tepat Dalam Merekrut Karyawan
Transparansi adalah hal utama yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam merekrut karyawan baru. Baik itu bagian rekrutmen ataupun user harus menginformasikan kepada karyawan tentang konsekuensi yang diterima atas pekerjaan yang akan dijalankan. Dengan begitu seharusnya calon karyawan dapat menjalankan pekerjaan yang dilakukan sesuai komitmen di awal. Sebaliknya jika perusahaan tidak jujur akan menyebabkan calon karyawan memiliki ekspektasi tinggi yang tentu tidak akan mudah dicapai terutama di masa-masa awal bekerja. Intinya perusahaan tidak bisa mengabaikan transparansi hanya karena ingin mendapatkan karyawan dengan cepat.
Untuk perekrutan karyawan yang sudah memiliki pengalaman kerja, pastikan perusahaan sudah mengecek rekam jejak perpindahan karyawan tersebut dari suatu perusahaan ke perusahaan lainnya. Jika kita merekrut orang yang sering berpindah, maka kemungkinan karyawan tersebut untuk resign dalam waktu dekat lebih besar dibandingkan karyawan yang rentang waktu perpindahan perusahaannya lebih lama.
3. Membantu Karyawan Dalam Mengelola Stress
Stress di dalam pekerjaan adalah hal yang wajar namun jika stress dirasakan terus menerus oleh karyawan hal ini sudah tidak wajar. Untuk menghindari hal ini terjadi perusahaan bersama dengan karyawan harus “ngobrol” dan mencari jalan keluar bersama. Temukan pokok masalah dan solusi nyata untuk mengatasi masalah tersebut. Jika masalah dapat diatasi bersama maka akan timbul chemistry yang baik antara karyawan dengan perusahaan yang tentu akan berdampak baik kepada kesetiaan karyawan kepada perusahaan.
Bagi perusahaan hal paling dasar yang harus ditanamkan adalah karyawan bukan robot yang bisa terus menerus bekerja dalam frekuensi yang tinggi. Perusahaan harus memberikan ”nafas” kepada karyawan agar kondisi karyawan dapat kembali fresh.
Dari sisi karyawan juga harus diingat jika stress adalah hal yang wajar dalam pekerjaan, tinggal bagaimana kita mengelola stress yang ada agar tidak menjadi “permanen” .
4. Pastikan Team Dipimpin oleh Leader, bukan Bos
Leader adalah pemimpin yang mendapat respek secara natural dari karyawannya sedangkan bos lebih kepada respek yang tidak natural dan bermuatan kepentingan dari karyawan. Hal ini tidak terjadi begitu saja namun merupakan timbal balik yang ditimbulkan dari cara atasan memperlakukan bawahannya. Sebagai contoh, Leader akan mengajari team cara untuk mencari solusi dari suatu masalah sedangkan Bos yang agak baik akan langsung memberikan solusi tanpa mengajari cara melakukannya dan yang lebih parah ada Bos yang tidak mau tahu dengan masalah yang dihadapi team, yang dia tahu adalah pekerjaan harus selesai.
Perusahaan harus jeli melihat kondisi ini, karena hubungan yang kurang baik antara karyawan dengan atasan menjadi salah satu penyebab karyawan untuk resign. Saat ada karyawan yang resign HRD harus menanyakan penyebab karyawan tersebut memilih untuk resign jika ditemui beberapa alasan yang berkaitan dengan sikap atasan mungkin HRD harus melakukan verifikasi kembali untuk memastikan kebenaran informasi tersebut dan mengambil tindakan untuk memperbaiki kondisi yang ada.
5. Buat Target yang Bisa Dicapai
Alasan lain karyawan mencari pekerjaan baru adalah karena karyawan merasa target yang ditentukan oleh perusahaan terlalu tinggi dan sulit untuk dicapai. Setelah beberapa kali gagal mencapai target karyawan akan merasa putus asa dan memilih resign sebagai jalan keluarnya. Dalam hal ini apakah 100% salah karyawan ? Bisa iya bisa tidak, oleh karena itu perusahaan harus proaktif untuk mereview sistem kerja yang diterapkan.
Team leader harus aktif memimpin teamnya agar karyawan dapat menemukan jalan untuk mencapai target tersebut. Dan ketika karyawan gagal mencapainya berikan kesempatan kepada mereka untuk memberikan penjelasan terkait masalah yang ditemui sehingga target tersebut tidak terealisasi. Mungkin ada faktor yang datang dari pribadi karyawan tersebut ataupun dari kondisi team yang tidak kondusif. Berikan feedback yang positif kepada karyawan agar motivasi kerjanya tetap terjaga.
6. Training and Development
Selain target yang terlalu tinggi, kegagalan karyawan dalam mencapai target erat kaitannya dengan kurangnya skill yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Dari hasil review masing-masing karyawan perusahaan memiliki data untuk melihat kelemahan yang dimiliki oleh karyawannya. Informasi tersebut harus direspon dengan memberikan pelatihan kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuannya. Pelatihan bisa dilakukan oleh eksternal ataupun internal perusahaan berupa inhouse training.
Dengan data yang lengkap di sistem HRIS perusahaan memiliki data yang valid untuk menentukan jenis dan materi pelatihan yang pas dan sesuai dengan kebutuhan karyawannya. Selain itu dengan fitur Training & Development yang dimiliki Sigma HRIS perencanaan dan realisasi training akan terekam di dalam sistem dan dapat menjadi informasi berharga untuk perusahaan di masa depan.